Tampilkan postingan dengan label Article. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Article. Tampilkan semua postingan

9/04/2022

Ciri-ciri orang yang bertaqwa

CIRI ORANG YANG BERTAQWA



Setiap muslim wajib mencapai tingkatan orang yang bertakwa. Kata takwa (التَّقْوَى ) berasal dari kata وَقَى yang berarti “menjaga” yaitu menjaga sesuatu dari hal-hal yang dapat membahayakan dan menyakitinya. Sedangkan menurut lughat, takwa berarti قِلَّةُ الْكَلَامِ (qillatul kalaam), yaitu “sedikit bicara.” Hakikat dari takwa adalah bermakna menjadikan diri terpelihara dari sesuatu yang menakutkan, atau memelihara diri dari perbuatan dosa, dan hal ini dengan cara meninggalkan perkara-perkara yang terlarang. 

Dalam satu riwayat disebutkan, bahwa Umar bin Al Khaththab pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab mengenai taqwa. Namun Ubay balik bertanya, "Tidak pernahkah Anda melewati satu jalan yang penuh duri?" Umar menjawab “Ya, aku pernah.” Tanya Ubay lagi, “Apa yang anda lakukan?" 'Umar menjawab, "Saya waspada dan bersungguh-sungguh.” Lalu, kata Ubay bin Ka’ab: “Itulah takwa.”

Menurut Abdullah Yusuf Ali dalam tafsirnya tentang QS Al Hasyr ayat 18, bahwa takwa mengandung arti "menahan diri", menjaga diri kita dari segala dosa. Sementara ada yang memberi makna kata takwa “menerima ajaran yang dibawa Muhammad saw dengan penuh kepasrahan dan landasan iman.” Yaitu dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Selanjutnya Al quran memandu kita bagaimana menjadi orang yang bertakwa. Oleh karena itu, dalam beberapa ayat di di dalam Al Quran dibahas beberapa ciri orang yang bertakwa. Orang yang bertakwa memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. QS. Al Baqarah ayat 3-4 dibahas ciri orang yang bertakwa, yaitu:

    1. Percaya pada yang ghaib

    2. Mendirikan sholat

    3. Menafkahkan sebagian rezeki

    4. Beriman kepada Al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya

    5. Percaya adanya akhirat,


  1. QS Ali Imron ayat 134-135 dikatakan bahwa ciri orang yang bertakwa adalah:

  1. Menafkahkan hartanya (waktu lapang/sempit)

  2. Menahan amarah

  3. Memaafkan kesalahan orang

  4. Senantiasa berbuat kebaikan

  5. Suka minta ampun/bertaubat ketika berbuat dosa


Setelah mengetahui ciri orang yang bertakwa diatas, marilah kita melakukan refleksi diri. Bertanya dalam hati apakah ciri-ciri tersebut diatas sudah kita miliki? Jika belum, marilah kita berjuang memiliki karakteristik tersebut. Allah memberikan banyak kebaikan kepada orang yang bertakwa. Sebagai contoh, setiap mukmin yang bersedekah akan mendapatkan pahala kebaikan 700 kali lipat (10x70=700). Kemudian bagi yang membaca al quran, maka akan mendapat 10 kebaikan untuk setiap huruf al quran yang dibaca. Terkait membantu orang lain (miskin), Rasulullah pernah bersabda yang artinya: “Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim). Bahkan Rasulullah pernah berwasiat kepada Abu Dzar, dan salah satu wasiatnya adalah agar Abu Dzar mencintai orang miskin.

Dari ciri-ciri orang yang bertakwa diatas, maka ketakwaan itu sesungguhnya direpresentasikan tidak hanya melalui hubungan baik dengan Allah SWT tetapi juga dengan sesama manusia dan bahkan makhluk lain di muka bumi. Orang yang bertakwa baik hubungannya dengan sesama manusia. Ia senantiasa berbuat kebaikan kepada semua makhluk. Jadi ia akan menahan amarah jika orang lain bersalah bahkan memaafkan kesalahannya. Jika ia berbuat kesalahan ia segera minta maaf dan minta ampunan. Di dalam QS Al Ahzab: 35, untuk mendapatkan ampunan Allah, maka perbanyaklah berzikir.] dan waktu zikir yang dianjurkan adalah di waktu pagi dan petang. Di ayat yang lain pada QS Al Baqarah 183 Allah telah memberikan petunjuk bagaimana menjadi orang yang bertakwa, yaitu dengan cara berpuasa. Puasa merupakan ibadah yang melatih kita untuk bisa menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain dan berbuat kebaikan serta mendorong kita untuk bersedekah. Dengan melaksanakan ibadah puasa dengan benar, maka kita akan mendapat predikat sebagai orang yang bertakwa.

Dalam konteks menjadi orang yang bertakwa, maka Rasulullah pernah berwasiat kepada Abu Dzar pada khususnya dan seluruh umat muslim pada umumnya sebagai berikut:

7 Wasiat Rasulullah

Hikmah

  1. Mencintai Orang Miskin

  2. Milhat pada orang yang lebih rendah dalam hal harta dan kehidupan

  3. Menyambung silaturahmi

  4. Memperbanyak mengucapkan la haula wala quwwata illah billah

  5. Berani berkata benar walaupun pahit

  6. Tidak takut celaan orang lain ketika berdakwah di jalan Allah

  7. Tidak meminta-minta

  1. Orang miskin adalah orang yang tidak berkecukupan krn tidak memiliki kemampuan tetapi tidak meminta-minta. Maka kita wajib menyayangi orang yang demikian.

  2. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)


 

8/30/2022

Taxonomi Pemahaman Bacaan

 

TAKSONOMI PERTANYAAN PEMAHAMAN BACAAN

 

Pendahuluan

Ada sebuah ungkatan yang menarik dari Edmund Burke (1729–1797) “Reading without reflecting is like eating without digesting.” Membaca tanpa refleksi diilustrasikan oleh Burke seperti makan tanpa mengunyah. Sulit bagi kita memahami bacaan tanpa kita melakukan refleksi atas apa yang kita baca. Esensi dari membaca adalah adanya pemahaman. Penggunaan pertanyaan merupakan aspek integral dari kegiatan pemahaman bacaan, dan dalam pengalaman kami sebagai pendidik, kami telah melihat bahwa pertanyaan pemahaman yang dirancang dengan baik membantu siswa berinteraksi dengan teks untuk menciptakan atau membangun makna. 

Tujuan artikel ini adalah untuk menyajikan gambaran rinci tentang enam jenis pemahaman. Kami juga menjelaskan lima bentuk pertanyaan. Enam jenis pemahaman dan lima bentuk pertanyaan dapat digunakan untuk membantu siswa menjadi pembaca interaktif. Jenis pemahaman dan bentuk pertanyaan ini adalah hasil kerja kami dalam mengajar membaca bahasa asing dan dalam mengembangkan bahan untuk mengajar membaca bahasa asing. 

Taksonomi jenis pemahaman dan bentuk pertanyaan dirancang untuk digunakan sebagai daftar periksa bagi guru dan pengembang materi. Guru dapat menggunakan taksonomi untuk membuat pertanyaan pemahaman mereka sendiri terhadap teks yang dibaca siswa dan juga untuk membantu siswa memahami dengan lebih baik atas apa yang mereka baca. Selain itu, taksonomi pemahaman dapat digunakan untuk menganalisis bahan ajar dan untuk mengembangkan bahan guna memastikan bahwa berbagai bentuk pertanyaan digunakan untuk membantu siswa menanggapi berbagai jenis pemahaman. 

Pertama-tama akan disajikan enam jenis pemahaman disertai dengan deskripsi singkat masing-masing jenis pemahaman. Kemudian dikaitka bagaimana lima bentuk pertanyaan dapat digunakan untuk melibatkan siswa dalam enam jenis pemahaman. Jenis pemahaman dan bentuk pertanyaan ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1: Kisi-kisi untuk Mengembangkan dan Mengevaluasi Pertanyaan Pemahaman Membaca 


Bentuk Soal

Jenis Pemahaman

Literal

Reorganisasi

Inferensi

Prediksi

Evaluasi

Personal
Respon

Ya/Tidak

Alternatif

Benar atau Salah

Siapa/ Apa/ Kapan/ Dimana/ Bagaimana/ Mengapa

Pilihan Ganda

 Jenis Pemahaman 

Day and Park (2005) telah menemukan taxonomy enam jenis pertanyaan pemahaman yang berguna dalam membantu siswa kami menjadi pembaca interaktif. Taksonomi kami telah dipengaruhi secara khusus oleh karya Pearson dan Johnson (1972) dan Nuttall (1996). Berikut ini penjelasan jenis pemahaman menurut Day and Park (2005):

1.       Pemahaman Literal

Pemahaman literal mengacu pada pemahaman makna langsung dari teks, seperti fakta, kosa kata, tanggal, waktu, dan lokasi. Pertanyaan pemahaman literal dapat dijawab secara langsung dan eksplisit dari teks. Dalam pengalaman kami bekerja dengan guru, kami telah menemukan bahwa mereka sering memeriksa pemahaman literal terlebih dahulu untuk memastikan bahwa siswa mereka telah memahami makna dasar atau permukaan teks. Contoh pertanyaan pemahaman literal tentang artikel ini adalah: Berapa banyak jenis pemahaman yang penulis diskusikan

2.       Reorganisasi 

Jenis pemahaman berikutnya adalah reorganisasi. Reorganisasi didasarkan pada pemahaman literal teks. Siswa harus menggunakan informasi dari berbagai bagian teks dan menggabungkannya untuk pemahaman tambahan. Sebagai contoh, kita mungkin membaca di awal teks bahwa seorang wanita bernama Maria Kim lahir pada tahun 1945 dan kemudian di akhir teks bahwa dia meninggal pada tahun 1990. Untuk menjawab pertanyaan Berapa umur Maria Kim ketika dia meninggal?, siswa harus mengumpulkan dua informasi yang berasal dari bagian teks yang berbeda. 

Pertanyaan yang membahas jenis pemahaman ini penting karena guru mengajar siswa untuk memeriksa teks secara keseluruhan, membantu mereka beralih dari pemikiran kalimat demi kalimat dari teks ke pandangan yang lebih global. Berdasarkan pengalaman, siswa umumnya menemukan pertanyaan reorganisasi agak lebih sulit daripada pertanyaan pemahaman literal langsung.

3.       Inferensi 

Membuat kesimpulan melibatkan lebih dari sekadar pemahaman literal. Siswa mungkin awalnya kesulitan menjawab pertanyaan inferensi karena jawabannya didasarkan pada materi yang ada dalam teks tetapi tidak dinyatakan secara eksplisit. Inferensi melibatkan siswa yang menggabungkan pemahaman literal mereka tentang teks dengan pengetahuan dan intuisi mereka sendiri. 

Contoh pertanyaan yang mengharuskan pembaca untuk membuat kesimpulan adalah: Apakah penulis artikel ini berpengalaman sebagai guru bahasa? Jawabannya tidak ada di teks tetapi ada informasi di paragraf pertama artikel ini yang memungkinkan pembaca untuk membuat kesimpulan yang baik: "Penggunaan pertanyaan merupakan aspek integral dari kegiatan pemahaman bacaan, dan dalam pengalaman kami sebagai pendidik, kami telah melihat bahwa pertanyaan pemahaman yang dirancang dengan baik membantu siswa berinteraksi dengan teks untuk menciptakan atau membangun makn..” Pembaca dituntut untuk menggunakan pengetahuan mereka di lapangan, mengajar membaca bahasa, dengan apa yang mereka peroleh dari membaca artikel, khususnya kalimat itu, untuk menyusun jawaban yang tepat. Artinya, pembaca mungkin mengerti bahwa pendatang baru dalam profesi ini umumnya tidak mengembangkan materi atau menulis artikel, jadi penulisnya mungkin adalah guru bahasa yang berpengalaman. 

4.       Prediksi 

Jenis pemahaman keempat, prediksi, melibatkan siswa menggunakan pemahaman mereka tentang bagian dan pengetahuan mereka sendiri tentang topik dan hal-hal terkait secara sistematis untuk menentukan apa yang mungkin terjadi selanjutnya atau setelah sebuah cerita berakhir. 

Kami menggunakan dua jenis prediksi, while-reading dan post- (after) reading. Pertanyaan prediksi saat membaca berbeda dari pertanyaan prediksi pasca-membaca di mana siswa dapat segera mempelajari keakuratan prediksi mereka dengan terus membaca bagian tersebut. Misalnya, siswa dapat membaca dua paragraf pertama dari sebuah bagian dan kemudian ditanyai pertanyaan tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Mereka dapat menentukan jawabannya dengan membaca pengingat teks. 

Sebaliknya, pertanyaan prediksi pasca-membaca umumnya tidak memiliki jawaban yang benar karena siswa tidak dapat melanjutkan membaca untuk mengkonfirmasi prediksi mereka. Namun, prediksi harus didukung oleh informasi dari teks. Umumnya, artikel ilmiah, seperti ini, tidak mengizinkan pertanyaan prediksi pasca membaca. Jenis tulisan lain, seperti fiksi, adalah lahan subur untuk pertanyaan semacam itu. Sebagai ilustrasi, pertimbangkan romansa di mana wanita dan pria menikah saat novel ini berakhir. Sebuah pertanyaan prediksi pasca-membaca mungkin: Apakah Anda pikir mereka akan tetap menikah? Mengapa atau mengapa tidak? Tergantung pada berbagai faktor termasuk bukti dalam teks dan pengalaman pribadi pembaca, jawaban ya atau tidak dapat dibenarkan. 

Meminta siswa membuat prediksi sebelum mereka membaca teks adalah kegiatan pra-membaca. Kami tidak melihat jenis prediksi ini sebagai jenis pemahaman. Sebaliknya, ini adalah kegiatan yang memungkinkan siswa untuk menyadari seberapa banyak yang mereka ketahui tentang topik teks. 

5.       Evaluasi 

Jenis pemahaman kelima, evaluasi, mengharuskan pelajar untuk memberikan penilaian global atau komprehensif tentang beberapa aspek teks. Sebagai contoh, pertanyaan pemahaman yang menuntut pembaca untuk memberikan penilaian terhadap artikel ini adalah: Bagaimana informasi dalam artikel ini bermanfaat bagi Anda? 

Untuk menjawab jenis pertanyaan ini, siswa harus menggunakan pemahaman literal teks dan pengetahuan mereka tentang topik teks dan isu-isu terkait. Beberapa siswa, karena faktor budaya, mungkin enggan untuk kritis atau tidak setuju dengan kata yang dicetak. Dalam keadaan seperti itu, guru mungkin ingin memodelkan kemungkinan jawaban atas pertanyaan evaluasi, memastikan untuk memasukkan aspek positif dan negatif. 

6.       Tanggapan pribadi 

Jenis keenam dari pemahaman, tanggapan pribadi, membutuhkan pembaca untuk menanggapi dengan perasaan mereka untuk teks dan subjek. Jawabannya tidak ditemukan dalam teks; mereka datang secara ketat dari pembaca. Meskipun tidak ada tanggapan pribadi yang salah, mereka tidak dapat tidak berdasar; mereka harus berhubungan dengan isi teks dan mencerminkan pemahaman literal dari materi. 

Contoh pertanyaan pemahaman yang memerlukan tanggapan pribadi adalah: Apa yang Anda suka atau tidak suka tentang artikel ini? Seperti pertanyaan evaluasi, siswa harus menggunakan pemahaman literal dan pengetahuan mereka sendiri untuk merespons. 

Juga, seperti pertanyaan evaluasi, faktor budaya dapat membuat beberapa siswa ragu untuk kritis atau tidak setuju dengan kata yang dicetak. Pemodelan guru dari berbagai tanggapan sangat membantu dalam situasi ini. 

 Bentuk pertanyaan 

Pada gambar 1 diatas disajikan lima bentuk pertanyaan pemahaman yang dapat digunakan untuk merangsang pemahaman siswa tentang teks. Pada bagian bukanlah pembahasan tentang semua cara yang mungkin dilakukan untuk menanyai siswa. Misalnya, kita tidak membahas isian atau cloze test, karena kegiatan atau tugas tersebut mungkin lebih tepat untuk menilai. Pada bagian ini akan dibahas lima bentuk pertanyaan berikut: 

1.       Pertanyaan Ya/tidak

Pertanyaan ya/tidak adalah pertanyaan sederhana yang dapat dijawab dengan ya atau tidak. Misalnya, Apakah artikel ini tentang menguji pemahaman bacaan? Ini adalah bentuk umum dari pertanyaan pemahaman, tetapi memiliki kelemahan yaitu memberikan kesempatan kepada siswa 50% untuk menebak jawaban yang benar. Jadi ketika menggunakan pertanyaan ya/tidak, kami menyarankan untuk menindaklanjuti dengan bentuk pertanyaan lain untuk memastikan bahwa siswa telah memahami teks. 

Pertanyaan ya/tidak dapat digunakan untuk mendorong keenam jenis pemahaman tersebut. Ketika ya/tidak digunakan dengan tanggapan atau evaluasi pribadi, bentuk pertanyaan lain tampaknya akan segera menyusul. Misalnya, Apakah Anda menyukai artikel ini? Mengapa? Pertanyaan lanjutan mungkin lebih berguna dalam membantu siswa daripada pertanyaan awal ya/tidak

2.      Pertanyaan alternatif

Pertanyaan alternatif adalah dua atau lebih ya/tidak berhubungan dengan atau: misalnya, Apakah artikel ini berfokus pada penggunaan pertanyaan untuk mengajarkan pemahaman membaca atau untuk menguji pemahaman membaca? Serupa dengan ya/tidak, pertanyaan alternatif bersifat tebak-tebakan, sehingga guru mungkin ingin menindaklanjuti dengan bentuk lain yang dibahas di bagian ini. Pertanyaan alternatif sangat cocok untuk jenis pemahaman literal, reorganisasi, inferensi, dan prediksi. Pertanyaan alternatif tidak cocok untuk evaluasi dan tanggapan pribadi. 

3.      Benar atau salah 

Pertanyaan juga dapat berbentuk benar atau salah. Sementara benar atau salah sering ditemukan dalam materi yang tersedia secara komersial, ada potensi bahaya dalam mengandalkan secara eksklusif pada pertanyaan benar atau salah. Seperti halnya ya/tidak, siswa memiliki peluang 50% untuk menebak jawaban yang benar. Guru mungkin hanya menerima jawaban yang benar. Guru gagal bertanya mengapa jawabannya benar atau pengecoh tidak benar. Contoh pertanyaan benar atau salah yang berfokus pada pemahaman literal adalah: Apakah pernyataan ini benar atau salah?: Penulis percaya bahwa penggunaan pertanyaan pemahaman yang dirancang dengan baik akan membantu siswa menjadi pembaca yang lebih baik. PertanyaannBenar atau salah sulit disiapkan. Jawaban yang salah harus dirancang dengan hati-hati untuk mengeksploitasi potensi kesalahpahaman dari teks. Jawaban salah yang jelas-jelas salah tidak membantu pengajaran pemahaman karena siswa tidak harus memahami teks untuk mengenalinya sebagai salah. Pertanyaan benar atau salah mungkin juga sulit untuk ditulis karena terkadang, seperti yang tertulis, kedua jawaban masuk akal, terlepas dari tingkat pemahaman teks. 

Seperti ya/tidak , pertanyaan benar atau salah dapat digunakan untuk mendorong keenam jenis pemahaman. Ketika digunakan dengantanggapan atau evaluasi pribadi, tugas tindak lanjut terkadang diperlukan. Sebagai ilustrasi, pertanyaan tanggapan pribadi tentang artikel ini mungkin: Apakah pernyataan ini benar atau salah? Saya suka artikel ini. Jelaskan pilihan Anda. 

4.      Wh- question

Pertanyaan yang diawali dengan where, what, when, who, how, dan why biasa disebut dengan wh question. Pertanyaan dengan Wh sangat baik dalam membantu siswa dengan pemahaman literal teks, dengan reorganisasi informasi dalam teks, dan membuat evaluasi, tanggapan pribadi dan prediksi. Mereka juga digunakan sebagai tindak lanjut dari bentuk pertanyaan lain, seperti ya/tidak dan alternatif

Secara khusus, wh-question dengan bagaimana/mengapa sering digunakan untuk membantu siswa melampaui pemahaman teks secara literal. Karena pembaca pemula dan menengah sering enggan melakukan ini, menggunakan bagaimana/mengapa bisa sangat membantu siswa menjadi pembaca interaktif. 

5.      Pilihan Ganda

Pertanyaan pilihan ganda didasarkan pada bentuk pertanyaan lain. Misalnya, pertanyaan dengan pilihan:

Kapan Maria Kim lahir? 

a. 1940 

b. 1945 

c. 1954 

d. 1990 

Umumnya, tetapi tidak selalu, bentuk pertanyaan ini hanya memiliki satu jawaban yang benar ketika berhadapan dengan pemahaman literal. Format pilihan ganda dapat membuat wh lebih mudah dijawab karena memberikan beberapa kemungkinan jawaban kepada siswa. Siswa mungkin dapat memeriksa teks untuk melihat apakah ada pilihan yang dibahas secara khusus, dan kemudian membuat pilihan. Pilihan ganda dapat digunakan paling efektif, menurut pengalaman kami, dengan pemahaman literal. Mereka juga dapat digunakan dengan prediksi dan evaluasi. Namun, ketika digunakan untuk jenis pemahaman ini, kami menyarankan menggunakan kegiatan tindak lanjut yang memungkinkan siswa untuk menjelaskan pilihan mereka. Seperti benar atau salah , mengembangkan pertanyaan pilihan ganda yang baik membutuhkan pemikiran yang cermat. Kami telah menemukan bahwa mengembangkan pertanyaan dengan empat pilihan paling cocok untuk siswa dengan kemahiran rendah dalam bahasa target. Salah satu dari empat pilihan jawaban adalah

jawaban yang diinginkan; yang lain harus menjadi tanggapan yang tampaknya masuk akal. 

 Penutup

Jika kita percaya bahwa membaca adalah proses interaktif, dimana pembaca membangun makna dari teks, maka kita perlu membantu siswa kita belajar untuk melakukan hal itu. Ini berarti bergerak melampaui pemahaman literal dari sebuah teks, dan memungkinkan siswa untuk menggunakan pengetahuan mereka sendiri saat membaca. Ketika pertanyaan bergerak melampaui pemahaman literal, jawaban siswa harus dimotivasi oleh informasi dalam teks. Pertanyaan inferensi dapat memiliki tanggapan yang benar dan salah dengan jelas. Sebaliknya, prediksi, evaluasi, dan jawaban tanggapan pribadi adalah benar selama jawaban itu terutama bergantung pada reaksi siswa terhadap apa yang mereka baca. Jawaban evaluatif dan tanggapan pribadi tidak hanya bergantung terutama pada reaksi siswa terhadap apa yang telah mereka baca, tetapi mereka perlu mencerminkan pemahaman global dari teks. 

Terlepas dari tingkat pemahaman atau bentuk pertanyaan, guru dan pengembang materi perlu memastikan bahwa pertanyaan digunakan untuk membantu siswa berinteraksi dengan teks. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat menginspirasi guru dalam membuat pertanyaan pemahaman kepada siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

Referensi

Day, Richard R.,   and Park,  Jeong-suk.  (2005). Developing reading comprehension questions. Reading in a Foreign Language. Volume 17, No. 1, April 2005. ISSN 1539-0578

 

Nuttall, C. (1996). Teaching reading skills in a foreign language. (2nded.)  Oxford: Heinemann. 

 

Pearson, P. D. & Johnson, D. D. (1972). Teaching reading comprehension. New York: Holt, Rinehart & Winston. 

 

Perfetti, C. A. (1985). Reading ability. New York: Oxford University Press. 

 

 


2/28/2013

Pengembangan bahan ajar : Dari silabus menjadi buku

Oleh
Bastudin, M.Pd.

PENDAHULUAN
Kurikulum yang berlaku di Indonesia sekarang ini disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disingkat KTSP. Bila dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, KTSP ini sedikit berbeda. Kurkulum sebelumnya masih bersifat sentralistik. Dengan kata lain, materi pokok ditentukan oleh pemerintah pusat sedangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengembangkan materi ajar sendiri dengan mengacu pada rambu-rambu yang telah diberikan oleh pemerintah pusat berupa Standar Kompetensi (disingkat KD) dan kompetensi dasar (disingkat KD).
Penerapakan kurikulum tingkat satuan pendidikan dewasa ini memungkinkan guru untuk mengembangkan atau membuat bahan ajar sendiri karena kurikulum yang berlaku sekarang ini hanya menyediakan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa/peserta didik. Sementara itu, materi pokok dan topic pembelajaran dikembangkan sendiri oleh guru berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Mengapa ini dilakukan? Jawabnya karena guru/sekolah lebih mengetahui keadaan peserta didik mereka. Pemerintah pusat hanya mendiakan panduan untuk mengambangkan KTSP. Hal ini seharusnya dijadikan peluang bagi sekolah, khususnya guru, untuk mengembangkan bahan ajar sendiri.
Tetapi peluang untuk mengembangkan bahan ajar sendiri belum dimanfaatkan oleh guru secara maksimal. Kebanyakan mereka belum melihat profesi sebagai penulis buku sangat menjanjikan. Sesungguhnya ada banyak manfaat yang akan diterima dengan menjadi penulis buku. Menurut James Pennebaker, Profesor Psikologi di Southern Methodist University seperti dikutif dalam Putra (2007: 22) bahwa menuliskan perasaan akan berpengaruh positif bagi kesehatan dan kekebalan tubuh. Manfaat lain yang diperoleh adalah ganjaran angka kredit untuk kenaikan pangkat. Secara social, manfaat yang didapat adalah menjadi terkenal atau dikenal. Terakhir menulis akan memberikan manfaat financial kepada penulis.
Sudah menjadi pengetahuan umum  bahwa salah satu kendala yang sering menghambat para pendidik untuk menyusun buku teks pelajaran adalah minimnya pengetahuan serta wawasan tentang langkah-langkah teknis dan praktis penyusunan bahan ajar yang aplikatif dan mudah dipahami (Prastowo, 2011: 173). Dengan tulisan ini diharapkan dapat memotivasi guru untuk membuat bahan ajar sendiri dan memberikan pengetahuan tentang teknik yang dapat digunakan untuk menulis buku teks berbasis pada silabus, khususnya pelajaran Bahasa Inggris.

PEMBAHASAN
Kunci sukses menulis buku adalah menguasai masalah (topik) yang akan ditulis, mapping of mind, dan membuat outline (Putra, 2007:69). Bagaimana caranya menguasai masalah? Lebih lanjut dijelaskan bahwa agar menguasai masalah dengan baik, maka tetapkan mata ajar yang akan ditulis, dalami topik, gali dan ekspolrasi dengan cara membaca, mengamati dan berdiskusi. Setelah menguasai masalah (topik)nya, langkah berikut mengorganisasikan tema dan menuliskannya hingga selesai. Menurut Prastowo (2011: 49), langkah utama pembuatan bahan ajar terdiri dari tiga tahap penting yang meliputi analisis kebutuhan bahan ajar, penyusunan peta bahan ajar dan pembuatan bahan ajar. Tahap pertama pembuatan bahan ajar, analisis kebutuhan bahan ajar, merupakan tahapan yang memberikan kesempatan untuk meyakinkan diri bahwa apa yang akan ditulis benar-benar dibutuhkan di lapangan dan dapat mengatasi masalah yang ada. Asumsinya adalah bahwa sebelum menulis bahan ajar (buku) sudah ada bahan ajar lain yang serupa, tetapi mengandung banyak kelemahan atau masalah. Harapannya nanti kelemahan yang ada dapat diatasi. Pada tahapan ini dilakukan analisis masalah secara operasional. Untuk dapat membantu mengidentifikasi masalah yanga akan dipecahkan secara konkret dan terukur, coba jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1.      Siapa yang akan menggunakan buku yang akan ditulis?
2.      Apa yang mereka alami sekarang ini dengan buku yang ada?
3.      Bagaimana dampaknya ditinjau dari berbagai segi seperti motivasi, biaya dan waktu?
4.      Apa yang diharapkan siswa bisa lakukan setelah menggunakan buku yang akan ditulis?
5.      Bagaimana cara mengetahui bahwa pengguna telah mengalami kemajuan?
6.      Deskripsikan apa yang akan terjadi jika masalah itu dibiarkan.
Untuk merespons masalah yang telah diidentifikasi diatas, maka kemukakan pemecahan masalah diatas dan hal-hal istimewa dari bahan ajar yang akan ditulis. Selanjutnya kita akan memasuki tahap berikutnya, yaitu menyusun bahan ajar berbentuk buku teks pelajaran. Langkah-langkah penyusunan bahan ajar berbentuk buku teks pelajaran menurut Prastowo (2011) adalah sebagai berikut:
1.   Menganalisis kurikulum
Salah satu kriteria bahan ajar yang baik adalah kesesuaiannya dengan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian, sebelum memulai menulis penulis bahan ajar seyogianya terlebih dahulu mempelajari kurikulum yang berlaku. Analisis kurikulum meliputi kajian terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dari kompetensi dasar kemudian dijabarkan menjadi indicator pencapaian dan materi pokok. Selanjutnya materi pokok yang telah diidentifikasi dipetakan dan disusun. Setelah itu, proses penulisan dimulai.
2.   Menentukan judul buku
Untuk menentukan judul pada umumnya berdasarkan materi pokok. Jadi, jika kita sudah menemukan materi pokok, maka itulah yang kita jadikan judul masing-masing bab dari buku yang kita susun. Sementara judul bukunya disesuaikan dengan mata pelajaran.
3.   Merancang outline buku
Pembuatan kerangka buku membantu kita membuat paragraph yang baik, membangun ide dab menuntun pembaca menelusuri tulisan kita.
4.   Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan
Referensi yang dikumpulkan hendaknya yang terkini dan relevan dengan bahan kajian. Referensi dapat diambil dari buku, jurnal ilmiah, hasil penelitian, Koran dan lain-lain.
5. Menulis buku dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya.
Kalimat yang dibuat dalam buku yang sedang kita susun harus memperhatikan tingkat keterbacaan. Panjang kalimat harus mempertimbangkan kemampuan peserta didik.
6.    Mengevaluasi atau mengedit hasil tulisan dengan membaca ulang
Kita perlu membaca ulang atau meminta teman untuk membaca apa telah ditulis dalam rangka memperbaiki kualitas tulisan kita. Jika terdapat kekurangan, maka dapat ditambah atau dikomentari.
Berdasarkan penjelasan diatas, langkah penulisan buku itu tidak terlalu rumit. Bahkan menurut  Putra (2007:121) bahwa buku teks pelajaran dapat dikembangkan dari satuan acara perkuliahan (SAP)/silabus. Berikut ini sampel tahapan pengembangan buku berdasarkan dari silabus.
1.      Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kajian terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi materi pokok pembelajaran. Materi pokok/pembelajaran adalah pokok-pokok maeri yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Jika kompetensi dasar dirumuskan dalam bentuk kata kerja, maka materi pokok/ pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kata benda, atau kata kerja yang dibendakan. Misalnya jika kompetensi dasar yang harus dicapai “Agar siswa mampu melakukan perhitungan rugi laba”, maka materi pembelajarannya adalah “cara menghitung rugi laba”. Jika kompetensi yang harus dicapai “Agar siswa mampu mendeskripsikan madani”, maka materi pembelajarannya berupa “Masalah-masalah dalam mewujudkan masyarakat madani.”
Berikut ini contoh identifikasi materi pokok dengan menggunakan matrix analisis SK/KD.
Tabel 1
Matrix Analisis SK/KD Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
Materi Pokok
Materi Ajar
Mendengarkan
1. Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sangat sederhana untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat
1.1 Merespon makna dalam percakapan transaksional (to get things done) dan  interpersonal (bersosialisasi) yang menggunakan ragam bahasa lisan sangat sederhana secara akurat, lancar, dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat yang melibatkan tindak tutur: menyapa orang yang belum/sudah dikenal, memperkenal-kan diri sendiri/orang lain, dan memerintah atau melarang
a.      Diperdengarkan percakapan dengan tindak tutur menyapa orang yang belum/sudah dikenal, peserta didik dapat mengidentifikasi jenis sapaan dengan benar
b.      Menyebutkan ungkapan memperkenalkan diri sendiri/orang lain
c.      Menyebutkan ungkapan perintah atau larangan dengan benar
Greeting







Introduction


Command  & prohibition
-   Formal greeting
-   Informal greeting






Introducing oneself
Introducing people

Command / prohibition

2.        Pemetaan Materi Pokok / Materi Ajar
Berdasarkan matrix analisis SK/KD diatas atau berdasarkan silabus yang sudah dimiliki, maka dapat diidentifikasi materi pokok yang selanjutnya dapat jabarkan lebih detail menjadi materi ajar. Materi pokok/materi ajar tersebut kemudian dipetakan untuk melihat hubungan/keterkaitannya satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil matrix diatas, dapat dipetekan materi pokok Listening Standar Kompetensi 1, Kompetensi Dasar 1.1 sebagai berikut ini :
  1. Greetings;
  2. Introducing oneself;
  3. Introducing people;
  4. Command; dan
  5. Prohibition.
Materi listening biasanya sama dengan materi speaking dan materi reading sama dengan writing. Materi KD 1 untuk reading dan writing adalah tentang short functional text.

3.      Penyusunan Outline
Berdasarkan materi pokok/materi ajar diatas, disusun kerangka / rancangan buku yang akan ditulis. Untuk dapat menyusun outline buku teks, maka kita perlu mengetahui komponen-komponen buku teks. “Bahan ajar berbentuk buku teks pelajaran terdiri atas lima komponen, yaitu judul, kompetensi dasar, materi pokok, informasi pendukung, latihan dan penilaian” (Andi Prastowo, 2011: 172). Jadi dalam menyusun buku teks pelajaran, kelima komponen utama tersebut harus ada. Berdasarkan hasil pemetaan SK/KD diatas, maka dapat disusun contoh kerangka buku teks pelajaran Bahasa Inggris kelas VII bab I sebagai berikut :
Judul Bab                    : Greeting and introduction
Kompetensi Dasar   : After the lesson, the students are able to express greetings an identify general information from the written text
Materi Pokok             : LISTENING & SPEAKING
                                    : 1. Greeting
                                    : 2. Introduction
                                    : READING & WRITING
                                    : Short functional text
                                     (disesuaikan dengan materi listening dan speaking, misalnya Identity card)
Informasi Penunjang  : Pronoun dan to be     
Latihan                        : menyebutkan salam
                                    : melafalkan greeting
                                    : menterjemahkan greeting
                                    : mengidentifikasi greeting dalam percakapan
                                    : membaca dialogue
Penilaian                     : -

4.        Penulisan buku
Berdasarkan kerangka buku tersebut diatas, kemudian dikembangkan menjadi buku. Mulailah dengan mencari sumber referensi dari buku, jurnal, pengalaman atau internet tentang segala hal yang berhubungan dengan pembahasan isi buku. Tulislah dari bagian satu sampai bagian terakhir dari struktur buku.
      Beberapa aspek penting yang harus ada  dalam sebuah buku pelajaran dan menjadi perhatian penulis buku pelajaran Bahasa Inggris adalah aspek anatomi buku pelajaran, aspek kegiatan pembelajaran, aspek penyajian pelajaran dan aspek media pembelajaran.
a.    Anatomi buku
Komponen sebuah buku pelajaran antara lain memuat kata pengantar, daftar isi, pembagian pelajaran ke dalam beberapa bab, dan kelengkapan lainnya.
b.    Kompetensi dan Keterampilan yang diberikan
Setiap bab buku harus memuat keempat keterampilan utama berbahasa dan kompetensi pendukung lainnya, seperti fonologi, dialog, grammar, serta linguistic and discourse competence
c.    Penyajian Bahan
Buku pelajaran disajikan secara berurutan dan dan sesuai dengan tingkat kesulitan. Perintah dari tugas atau latihan seyogianya sederhana dan singkat.
d.    Media pendukung pembelajaran
Media pendukung pembelajaran biasanya mencakup bahan audio visual, berbagai ilustrasi dan lay-out buku.

PENUTUP
Menjadi penulis buku teks itu tidak sulit jika kita mengetahui tekniknya. Seorang guru selain mengajar, juga bisa menjadi penulis buku teks pelajaran. Menjadi penulis dapat mendatangkan banyak keuntungan karena disamping untuk mengembangkan diri juga dapat memberikan manfaat yang lain dalam hal karir akademik, popularitas dan juga financial. Singkatnya, menjadi penulis buku merupakan profesi yang sangat menjanjikan sekarang ini. Oleh karena itu, marilah luangkan waktu untuk menulis buku. Pepatah mengatakan bahwa “Verba volant, scripta manent” (apa yang diucapkan berlalu namun apa yang tertulis abadi).

REFERENSI
Alwasilah, A. Chaedir. (2005) Model Buku Pelajaran Bahasa Inggris SMP Kelas VII: Panduan Pengembangan. Depdiknas : Jakarta.

Depdiknas. (2005). Pedoman Pengembangan Buku Pelajaran. Jakarta : Pusat Perbukuan.

Prastowo, Andi, (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif : Menciptakan Metode Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. DIVA Press : Yogyakarta.

Putra, R. Masri Sareb, (2007). How to write your own text book : cara cepat dan asyik membuat buku ajar yang powerful. Kolbu : Bandung

Royan F. M., (2011). Cara Mudah Menulis Buku Best Seller. Masmedia Buana Pustaka: Sidoarjo.